JAKARTA, iNewsTemanggung.id - Hewan purba merupakan hewan yang langka saat ini karena populasinya punah. Seperti halnya dinosaurus dahulu hewan ini ada, namun telah punah jutaan tahun lalu.
Namun siapa sangka, ada beberapa hewan purba yang hingga saat ini masih hidup sampai sekarang. Meskipun ukurannya berubah menyusut menjadi kecil tetapi tidak sampai pada titik benar-benar berbeda dari
bentuk awal. Berikut 10 hewan purba yang masih hidup dikutip SINDOnews dari laman worldatlas;!
1. Nautilus
Menurut catatan fosil, makhluk yang diketahui menghuni terumbu karang di sekitar Samudera Hindia, telah hidup di Bumi selama sekitar 500 juta tahun. Spesies nautilus yang dianggap paling tua dikenal sebagai nautilus berkerak. Mereka dianggap punah selama hampir 30 tahun sampai muncul lagi pada tahun 2015. Spesies ini selamat dari beberapa kepunahan massal dan perubahan besar pada planet Bumi.
2. Ikan Pari Air Tawar Raksasa
Ikan pari air tawar raksasa dianggap sebagai salah satu ikan air tawar terbesar di dunia dan bisa tumbuh hingga 6,2 kaki (1,9 meter). Tidak hanya itu, beratnya juga bisa mencapai 1.300 pon (589,6 Kg), meski penampilannya tipis. Diyakini bahwa spesies ini berevolusi sekitar 100 juta tahun yang lalu, tetapi sekarang menghadapi kepunahan.
3. Platipus
Platipus atau yang sering disebut platipus berparuh bebek, adalah mamalia bertelur. Platipus oleh banyak orang dianggap sebagai salah satu hewan paling aneh yang hidup saat ini. Asalnya dari zaman prasejarah, karena fosil tertua platipus modern berusia 100.000 tahun
4. Pelikan
Ini mungkin mengejutkan, tetapi garis keturunan pelikan telah ada selama kurang lebih 30 juta tahun. Burung air ini juga dianggap sebagai fosil hidup dan mereka tidak banyak berubah sejak zaman prasejarah. Fosil pelikan tertua yang ditemukan sangat mirip dengan pelikan masa sekarang, dengan paruh yang identik.
5. Tikus Gajah
Tikus gajah dapat ditemukan di seluruh bagian selatan Afrika. Mereka adalah mamalia kecil yang terlihat mirip dengan oposum, tetapi sebenarnya berkerabat dekat dengan gajah. Kedengarannya ngak masuk akal, tetapi itu kenyataan yang menakjubkan. Dengan memeriksa catatan fosil, nenek moyang tikus gajah hidup pada periode Paleogen, dimulai 66 juta tahun yang lalu/
6. Buaya
Buaya, termasuk spesies seperti buaya, aligator, caiman, dan gharial, muncul di planet kita sekitar 250 juta tahun yang lalu. Mungkin tidak sama persis seperti sekarang, tetapi semua fitur morfologis yang paling penting sama seperti pada buaya yang kita lihat sekarang
7. Ikan Aligator Gar
Ikan Aligator Gar dapat ditemukan di Amerika Utara dan dianggap sebagai salah satu ikan air tawar terbesar yang pernah ada. Aligator Gar adalah ikan euryhaline bersirip pari yang juga dikenal sebagai "ikan primitif" atau "fosil hidup". Spesies ikan ini mempertahankan sebagian besar karakteristik morfologi nenek moyangnya, meliputi kemampuan untuk menghirup udara dan air. Dengan menelusuri catatan fosil, asal-usul Ikan Aligator Gar sudah ada sejak lebih dari 100 juta tahun yang lalu.
8. Solenodon
Solenodon adalah mamalia berbisa yang dapat ditemukan di beberapa negara Karibia. Spesies nokturnal yang penggali lubang ini terancam punah dan sering disebut "fosil hidup". Solenodon telah hidup di planet ini hampir tidak berubah selama 76 juta tahun. Solenodon mempertahankan sebagian besar fitur mamalia primitif yang dimiliki nenek moyangnya dari zaman prasejarah.
9. Paus Sikat Kerdil
Pygmy Right Whale atau Paus Sikat Kerdil adalah hewan yang sangat langka. Ini adalah anggota terkecil dari keluarga Paus Balin. Tidak banyak informasi yang tersedia tentang kebiasaan atau jumlah populasinya. Mereka adalah keturunan dari keluarga Paus Balin yang disebut Cetotheriidae, yang hidup di Bumi hampir 30 juta tahun yang lalu
10. Katak Hula
Katak Lukis Hula atau Katak Hula dianggap punah sampai ditemukan kembali pada tahun 2011. Para ilmuwan awalnya percaya bahwa katak ini telah ada selama 15.000 tahun. Namun, menurut data baru, nenek moyangnya sudah hidup di Bumi 32 juta tahun yang lalu. Katak Hula adalah satu-satunya yang tersisa dari genus itu.
Editor : M Wali