TEMANGGUNG, InewsTemanggung.id - Setiap orang pasti punya cara tersendiri untuk mengungkapkan suatu kekecewaan atau kegelisahan terhadap sesuatu. Masyarakat sebelum kelahiran media sosial mungkin melakukan kegiatan itu dengan cara curhat (curahan hati) dengan teman, keluarga, tetangga, atau saudara. Namun, semenjak kehadiran media sosial, masyarakat memiliki medium baru yang memudahkan di satu sisi, dan mengkhawatirkan di sisi lain.
Kita tahu, fungsi media sosial tidak hanya sebatas komunikasi jarak jauh. Ia juga dapat digunakan penggunanya untuk mengekspresikan segalanya, termasuk perasaan. Berawal dari beberapa story teman saya di WhatsApp yang pernah saya baca, mereka menjadikan media pelampiasan untuk mengungkapkan kekesalan dari apa yang telah dialami. Bukan hanya di WhatsApp, akun media sosial yang lain seperti Facebook, Twitter, maupun Instagram juga banyak saya jumpai hal yang sama. Lantas apakah yang kita lakukan akan menyelesaiakan kekesalan atas permasalahan yang sedang dialami?
Tentu tidak. Kadang hal itu malah memperkeruh suasana. Ketika perasaan diungkapkan ke ruang publik (baca: media sosial), ia telah menjadi teks yang tak tunggal. Semua orang yang melihatnya, akan menafsirkan sesuai dengan kecenderungannya masing-masing. Maka besar kemungkinan, teman kita di dunia nyata yang melihatnya akan memiliki tafsir yang berbeda-beda, yang tak jarang jauh dengan apa yang kita maksudkan.
Dampaknya, mungkin teman kita akan merasa bahwa dirinyalah yang dimaksudkan oleh story atau cuitan kita di media sosial. Ini merupakan bibit awal kerenganggan. Yang lebih parah adalah ketika sudah terjadi yang namanya, perang story. Sebuah tindakan pecundang yang sebenarnya tidak patut untu dipertontonkan.
Padahal ada cara lain untuk menyelesaiakan kekesalan yang dialami. Bisa dengan cara membicarakan sesuatu yang dianggap menjadi penyebab kekesalan tersebut. Jika sumbernya dari teman, ajak ngobrol dia. Selesaikan baik-baik, tak ada untungnya juga kan, berseteru?
Alternatif selanjutnya, anda bisa mencari seseorang teman yang kamu anggap bisa memberi solusi atas permasalahan yang sedang kamu alami.
Seperti dilansir dari laman klikdokter.com, Dr. Spiegel, Ketua Psikiatri dan Ilmu Perilaku di Standford University mengatakan, “faktanya, berbicara dengan seseorang dapat membantu meringankan beban dan mengurangi stres. Manusia adalah makhluk sosial, sehingga berbicara dengan orang lain dapat menjadi sumber dukungan dan bantuan.”
Jadi, ungkapan kekesalan di media sosial tak akan menyelesaikan masalah. Tetapi hanya akan menjadi konsumsi publik semata. Dampak lainnya yakni, kepribadianmu akan terlihat, dari aktivitas unggahanmu di media sosial.
Jika kebiasaan tersebut tidak segera dihentikan, tidak menutup kemungkinan akan memunculkan kebiasaan buruk lainnya. Seperti mengunggah sesuatu yang sebenarnya adalah privasi.
Editor : M Wali