TEMANGGUNG, iNewsTemanggung.id - Pada 14 Maret 1949, sebuah peristiwa terjadi di Jembatan Sungai Kaliprogo, sebuah jembatan kecil yang melintasi Sungai Progo di Temanggung, Jawa Tengah.
Peristiwa ini dikenal sebagai Pembantaian di Jembatan Sungai Kaliprogo, yang menyisakan luka yang mendalam dalam sejarah Indonesia.
Peristiwa tersebut terjadi dalam konteks perjuangan kemerdekaan Indonesia, di mana pasukan Belanda yang saat itu masih berusaha mempertahankan kendali atas wilayah Indonesia, terlibat dalam serangkaian tindakan represif terhadap penduduk setempat yang mendukung kemerdekaan.
Pada hari itu, rombongan rakyat yang mayoritas terdiri dari petani dan buruh tani, yang sedang dalam perjalanan menuju Temanggung untuk menghadiri pertemuan rahasia yang diorganisir oleh anggota tentara kemerdekaan Indonesia, mereka diserang secara tiba-tiba oleh pasukan Belanda di Jembatan Sungai Kaliprogo.
Pasukan Belanda menyerang dengan senjata api secara membabi buta, tanpa memberikan peringatan atau kesempatan kepada rombongan rakyat untuk menyerah atau melarikan diri.
Dalam serangan yang brutal itu, puluhan, bahkan mungkin ratusan, warga tak bersenjata tewas atau terluka parah di tempat. Tubuh-tubuh mereka terjatuh di atas jembatan dan terseret arus sungai, menciptakan pemandangan yang menakutkan dan mengerikan.
Pembantaian di Jembatan Sungai Kaliprogo menjadi bukti nyata dari kekejaman dan kebrutalan yang dilakukan oleh pasukan Belanda dalam upaya mereka untuk menekan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Peristiwa ini juga menjadi salah satu momen penting yang menguatkan tekad dan semangat perjuangan rakyat Indonesia untuk meraih kemerdekaan secara penuh dan tidak terbagi.
Meskipun telah berlalu puluhan tahun, kenangan akan tragedi ini tetap hidup dalam ingatan dan hati masyarakat Temanggung dan seluruh Indonesia.
Pembantaian di Jembatan Sungai Kaliprogo menjadi pengingat akan harga yang harus dibayar dalam perjuangan menuju kemerdekaan, serta sebagai simbol kekuatan dan keteguhan hati rakyat Indonesia dalam menghadapi segala rintangan dan penindasan.
Semoga peristiwa tragis ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk tidak pernah melupakan sejarah dan untuk selalu berjuang demi keadilan dan kebebasan.
Editor : M Wali
Artikel Terkait