Berdasarkan saran tersebut, Uniqlo kemudian menghasilkan tiga jenis produk baju: pakaian sangat ringan (lightweight), pakaian untuk cuaca dingin dan menjaga suhu tetap hangat (heat tech), serta pakaian yang nyaman (airism). Kejutan terjadi ketika ketiga jenis produk tersebut laris di pasar Asia.
Bagi orang Asia yang aktif, mereka membeli kategori lightweight. Di Indonesia, penduduk tropis memilih produk airism. Begitu juga untuk penduduk Asia yang tinggal di daerah beriklim dingin, mereka memilih heat tech.
Ketiga kategori inilah yang menjadi kunci keberhasilan penjualan Uniqlo. Berkat inovasi ini, Uniqlo kini memiliki 2.394 gerai di seluruh dunia, dengan 63 toko di Indonesia. Semua ini berada di bawah Fast Retailing.Co, kepemilikan Yanai.
Dengan suksesnya bisnis Uniqlo, Tadashi Yanai kini diakui oleh Forbes sebagai orang terkaya nomor satu di Jepang, dan menempati peringkat ke-35 di Bloomberg International Index sebagai orang terkaya di dunia. Total kekayaannya mencapai US$ 38,6 miliar atau sekitar Rp 585 triliun.
Menariknya, menurut CEO Magazine, Tadashi Yanai juga mengikuti tren kesederhanaan berpakaian ala bos Facebook Mark Zuckerberg atau bos Microsoft Bill Gates. Dalam aktivitas sehari-hari, dia hanya memiliki dua baju di lemari pakaiannya, yakni wol Merino berwarna biru tua senilai US$15, dan jumper serta setelan biru hasil kolaborasi Uniqlo dengan desainer Jerman Jil Sander.
Editor : M Wali
Artikel Terkait