Melihat data dari lima tahun terakhir, kasus DBD di Jawa Tengah menunjukkan tren peningkatan. Pada tahun 2020, terdapat 5.678 kasus yang kemudian menurun menjadi 4.468 kasus pada tahun 2021.
Namun, pada tahun 2022, jumlah kasus melonjak drastis hingga mencapai 12.476 kasus.
Meskipun mengalami peningkatan tajam pada tahun 2022, kasus DBD di Jawa Tengah menurun menjadi 6.308 kasus pada tahun 2023. Namun, pada awal Mei 2024, jumlah kasus telah kembali melonjak menjadi 6.421, melebihi total kasus sepanjang tahun 2023.
Heri menjelaskan bahwa terdapat berbagai faktor yang menyebabkan lonjakan kasus DBD di Jawa Tengah. Faktor-faktor tersebut meliputi perubahan iklim, stagnasi dalam Gerakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk), fogging yang tidak sesuai indikasi, keterbatasan logistik, kurangnya edukasi kepada masyarakat, dan penanganan atau diagnosis yang terlambat.
“Oleh karena itu, tindak lanjut kami adalah survailens ketat saat ini. Kemudian setiap kasus dilakukan penyelidikan epidemiologi 1×24 jam setelah diagnosis tegak, fogging sesuai indikasi dan evaluasi terus secara menyeluruh,” pungkasnya.
Editor : M Wali
Artikel Terkait